“Apelku “Malang”, Apelku Sayang, Siap Disayang Lagi
.Apel adalah Malang. Malang adalah apel. Tampaknya idiom tersebut lekat dengan siapapun yang mendengar istilah Malang adalah Kota Apel. Malang dan apel memang tidak bisa dipisahkan. Namun beberapa tahun terakhir ini ancaman besar tengah melanda buah asal subtropis ini. Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) serta harga pasar yang tidak pernah manis seperti rasa apel adalah beberapa alasan mengapa para petani di beberapa wilayah pengembangan apel di Kabupaten Malang mulai beralih ke budidaya jeruk atau tanaman lainnya.
Ancaman serius ini , ditangkap oleh Balitbangda Kabupaten Malang pada akhir September 2022 lalu untuk melaksanakan FGD lintas stakeholder yang juga dihadiri oleh para praktisi dan akademisi seperti dosen Sosialiasi Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya bapak Mangku Purnomo, SP, M.Si, Ph.D. Pak Mangku menyampaikan bahwa semangat petani dalam berbisnis apel akan kembali bangkit apabila pasar selalu berpihak. Dengan memanfaatkan IoT (Internet of Things) pada sentuhan strategi pemasaran apel, maka yakinlah apel sebagai ikon Malang akan tetap disayang. Pernyataan ini disambut gelak tawa peserta dan turut mengaminkan pelaku UMKM apel dari kecamatan Pujon. Della Muda menyampaikan “ Pasar memang memegang peranan penting, apalagi ketika didukung oleh aturan pemda untuk mewajibkan buah lokal terutama apel baik segar maupun olahan bisa dikonsumsi di setiap rapat ataupun tersedia di hotel-hotel yang ada di kota Malang dan kota Batu.”
Di sisi lain praktisi Balitjestro menyampaikan bahwa apel Malang tidak bisa dibandingkan dengan apel impor. Walaupun sekarang serbuan buah impor sudah membanjiri Indonesia dan menjadi pesaing utama pada pasar buah, namun apel Malang harusnya bisa bertahan asalkan pasar dan regulasi buah lokal jelas dan betul-betul bisa diterapkan. “Secara genetik apel Malang memang berbeda dengan apel impor, jadi tidak bisa dibandingkan. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah menerapkan pola budidaya apel secara GAP, pasar dan aturan yang mendukung pada buah lokal. Dengan begitu saya yakin tidak banyak petani apel yang beralih pada komoditas yang lain”, pungkas Sutopo selaku peneliti senior tanaman apel di Balitjestro.
Turut hadir pada FGD yang bertemakan Pengembangan Apel di Kabupaten Malang petugas penyuluh pertanian daerah pengembangan apel di kabupaten Malang yaitu Pujon, Tumpang, Jabung dan Poncokusumo, DTPHP, Disperindag, Kominfo, UMKM serta beberapa stakeholder lainnya. Kesimpulan dari acara tersebut adalah apel Malang akan tetap disayang bila pasar dan harga apel tetap manis seperti rasa apel Malang yang senantiasa dinanti para penggemar buah subtropis ini.